Senin, 30 Juli 2012

ALLAH MAHA MENJAMIN REZKI

Allah Maha Menjamin Rezeki II


Sungguh, kita butuh rezeki berupa keyakinan seperti ini. Mengapa? Kalau kita sudah merasa dunia ini milik kita, kita akan banyak takut kehilangan. Kalau kita merasa dunia ini milik seseorang, kita jadi takut tidak kebagian. Kita butuh keyakinan bahwa segalanya milik Allah.


Semua ini lebih tinggi dari rezeki lahiriah. Apa artinya makanan enak kalau hati enek (mual)? Apa artinya memiliki rumah yang luas, tapi hatinya sempit? Apa artinya diberi uang yang banyak tapi kalbunya miskin? Apa artinya diberi penampilan yang indah tapi hatinya busuk? Kita membutuhkan kedua-duanya. Lalu, siapa yang mampu memenuhi semua kebutuhan kita ini, selain Allah? Tidak ada, bukan?


Anehnya, saat masyarakat kita masih banyak berada di bawah garis kemiskinan, orang lebih sibuk menjadi pelit, dan sulit bersedekah. Padahal, sungguh Allah akan membagikan rezeki kepada siapa pun yang Dia kehendaki, tanpa batas. Artinya, kalau kita butuh rezeki, mintalah kepada Allah. 
CONTOH
 1. Lihatlah bayi, ketika rasa lapar menghampirinya, ia menangis, dan mendapat rezeki berupa air susu ibu (ASI).

2. Ketika ia beranjak besar dan menjadi anak-anak, "Mama, lapar!."


"Ambil sendiri!" kata Ibunya.


Lho, kok sekarang tidak mempan lagi dengan rengekan, dan tangisan lagi seperti dulu? Mengapa? Allah sudah memberinya ilmu, usia, kekuatan, dan pengalaman supaya dia bertemu dengan jatah rezekinya. Pasti, semua makhluk yang Allah ciptakan sudah memiliki rezeki masing-masing.


3. Lihat saja rezeki seekor anak burung elang. Pagi-pagi, ibunya terbang mencari makanan untuk dia dan anak-anaknya. Dengan ketajaman sorot matanya, sebentar saja terbang, sekelebat kemudian menukik, ia menyergap seekor ulat di dahan pohon. Kemudian, ia kembali terbang menuju sarang, menemui anaknya yang memang belum bisa terbang. Maka, bertemulah si anak elang ini dengan rezekinya berupa seekor ulat.


4. Jika kita mengamati rezeki semut. Silakan sembunyikan sepotong kue di dalam laci terkunci, yang tidak diketahui oleh ayah, ibu, dan adik. Jangan kaget kalau tiba-tiba semut mengerumuni kue itu. Mengapa semut bisa tahu letak kue itu? Allahlah yang memberi tahu, melalui syaraf penciumannya yang memang begitu tajam.

Adapun jika ingin terjamin rezeki, Allah telah menjanjikannya. "Wamayyatawakkallah fahua hasbu". [Q.S. At Thalaq (65):3].
Barang siapa yang hatinya bulat, tanpa celah, tanpa ada retak, tanpa ada lubang sedikit pun. Bulat, total, penuh, hatinya hanya kepada Allah, akan dicukupi segala kebutuhannya. Subhanallah. Maka, beruntunglah bagi siapa pun yang bersungguh-sungguh dan tujuan hidupnya hanya kepada Allah. Hanya Allahlah tujuan dari segalanya. Hanya Allahlah penjamin rezeki setiap hamba-Nya.

Kamis, 19 Juli 2012

Makalah Manajemen Lingkungan " BAKAJANG"


UJIAN PRAKTEK MANAJEMEN LINGKUNGAN
EKOWISATA
“  B A K A J A N G “

MAKALAH ETIKA BISNIS


ETIKA BISNIS

PROFESI KEPENDIDIKAN


TUGAS PROFESI KEPENDIDIKAN
DOSEN           : DR.SYAHRIL, ST, MSC.ENG
NAMA                        : MONICA PUTRI AMD
BP                   : 1111036009
TANGGAL      : 13 APRIL 2012

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK (PPD)


Anak Tidak Mau Sekolah dan Tidak Mau Keluar Rumah”
LATAR BELAKANG MASALAH

Keluarga adalah faktor penting dalam pendidikan seorang anak. Karakter seorang anak berasal dari keluarga. Dimana sebagian sampai usia 18 tahun anak-anak diIndonesia menghabiskan waktunya 60-80 % bersama keluarga. Manusia berbeda dengan binatang, seekor anak kucing yang baru lahir, bisa hidup jika dipisahkan dari induknya, dan banyak binatang yang lain yang memiliki kemampuan serupa. Manusia tidak bisa, sampai usia 18 tahun masih membutuhkan orangtua dan kehangatan dalam keluarga. Sukses seorang manusia tidak lepas dari “kehangatan dalam keluarga”. Akan sangat banyak hal yang akan dikupas dari tiap tahun kehidupan manusia dan kebutuhannya serta cara memenuhi kebutuhan tersebut, terutama aspek emosi. Emosi yang harus terpenuhi ingat harus terpenuhi. Jika pada masa ini lewat dan tidak terpenuhi  maka, akan terjadi  Mental Block pada diri anak tersebut. Inilah asal muasal dimana Mental Block terbentuk. Karena tidak terpenuhinya kebutuhan dasar Emosi yang dibutuhkan seorang manusia.
MASALAH

Dari latar belakang diatas, perilaku anak yang tidak mau sekolah dan tidak mau keluar rumah, dapat dikatakan merupakan gejala yang tampak, atau sudah menjadi simptom yang telah terbentuk melalui suatu proses. Proses yang dimaksud adalah suatu rangkaian-rangkaian kejadian yang pernah dialami oleh anak, beserta unsur-unsur pembentuknya. Rangkaian kejadian yang dialami oleh seorang anak melibatkan lingkungan tempat sang anak berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari yaitu lingkungan sekolah (guru, teman, pelajaran, penjaga sekolah, makan siang, tempat duduk, dll), lingkungan menuju sekolah (Jalan, orang-orang dijalan, dsb), dan lingkungan rumah Orang tua, kakak, adik, anggota keluarga lain, dsb... Kemungkinan tertekan karena diperintah oleh orang tua, bisa juga sebagai penyebab)

APA SAJA YANG HARUS DILAKUKAN

Dalam mencari penyebab permasalahan anak, mau tidak mau, kita suatu saat, harus bertanya langsung kepada anak. Sebagai orang tua diharapkan dapat bertanya kepada anak dengan cara yang baik, agar sang anak mau terbuka terhadap kita, dan kita juga diharapkan untuk bisa membaca sikap anak dan menyimpulkannya secara tepat, tidak berlebih, dengan tetap objektif dan menegakkan asas praduga tidak bersalah. Orang tua gagal untuk meyimpulkan permasalahan sebenarnya dengan tepat, disebabkan oleh ego yang menutupi objektifitasnya sebagai pengamat dan pengambil kesimpulan. Satu hal yang sangat penting ketika berkomunikasi kepada anak disini adalah, siapkan diri anda untuk segala hal yang tidak terduga yang akan anda dapatkan dari cerita anak. Usahakan tetap tenang dalam mendengarkan cerita anak dan hindari untuk menuduh atau melakukan penilaian yang terlalu cepat yang dapat merugikan diri kita sebagai seorang terapis maupun orang tua, yang juga dapat berdampak langsung terhadap kejiwaan sang anak. Berhati-hatilah dalam berkomunikasi kepada anak dan menyimpulkan masalahnya. Orang tua harus pandai mencari tahu, kejadian yang manakah dalam hidupnya yang menghasilkan gejala tidak mau sekolah dan tidak mau keluar rumah tersebut. Untuk mempermudah pencarian ini, mari kita amati faktor-faktor pembentuk kejadian yang dialami anak, baik internal maupun eksternalnya. Interaksi dari kedua faktor eksternal dan internal itulah yang menyebabkan terjadinya simptom yang ditunjukkan anak, berupa tidak mau sekolah dan tidak mau keluar rumah. Dari pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan kepada anak, baik secara explisit maupun implisit secara terstruktur dan mengerucut, tentunya kita dapat menyimpulkan penyebab utama dari permasalahan anak. Di sini kita bisa melihat tingkat kesiapan kejiwaan anak ketika sedang menghadapi situasi tertentu.Setelah kita mengetahui penyebab terjadinya masalah anak, maka jalan yang terbaik untuk menyelesaikan ketidaknyamannya, adalah dengan bertanya kepada anak, apa keinginannya terhadap kondisi tidak nyaman yang sedang dialaminya itu, apa yang seharusnya dia lakukan seandainya kejadian itu terulang kembali, atau apa yang dia inginkan dan seharusnya dia lakukan seandainya waktu dapat diputar mundur ke waktu sebelum kejadian yang membuatnya tidak nyaman. Dari jawaban anak, ada baiknya kita memfasilitasi keinginan anak secara bijak agar kondisi kejiwaan anak dapat pulih kembali secara cepat.

ANALISIS SAYA

Setelah kita mengetahui penyebab terjadinya masalah anak, maka jalan yang terbaik untuk menyelesaikan ketidaknyamannya, adalah dengan bertanya kepada anak, apa keinginannya terhadap kondisi tidak nyaman yang sedang dialaminya itu, apa yang seharusnya dia lakukan seandainya kejadian itu terulang kembali, atau apa yang dia inginkan dan seharusnya dia lakukan seandainya waktu dapat diputar mundur ke waktu sebelum kejadian yang membuatnya tidak nyaman. Dari jawaban anak, ada baiknya kita memfasilitasi keinginan anak secara bijak agar kondisi kejiwaan anak dapat pulih kembali secara cepat.
Contoh: Misalkan ternyata penyebab anak tidak mau sekolah dan tidak mau keluar rumah adalah dikarenakan ada temannya yang mengganggu, dan ternyata untuk keluar dari masalah itu sang anak menginginkan untuk menjadi berani, maka tidak ada salahnya sang anak diberikan kemampuan bela diri. Atau apabila ternyata sang anak menginginkan agar dia puas membalas dendam, maka bisa juga dibuat suatu permainan pikiran, seolah-olah kejadian yang membuatnya tidak nyaman diputar ulang dan dibuat secara imajinasi, dimana hasil akhirnya sang anak yang menang secara telak.
Masih banyak teknik-teknik lainnya yang dapat digunakan untuk mengganti ketidaknyamanan anak menjadi kenyamanan. Namun intinya adalah, bagaimana kita sebagai hipnoterapis, atau orang tua, dapat mengajak anak bermain imajinasi secara positif, yang dapat mengubah perasaannya, dari perasaan yang tidak enak menjadi perasaan yang menyenangkan. Orang tua harus jujur mengakui dan memperbaiki kesalahannya kalau memang kesalahan itu disebabkan oleh mereka. Orang tua sebaiknya mampu memberikan penyadaran kepada orang tua secara bijaksana dan hati-hati. Kejadian yang telah terjadi memang tidak dapat diubah, namun orang tua, dapat membantu sang anak menemukan hikmah dari kejadian yang pernah dialaminya sebagai landasan baru baginya untuk melangkah menuju masa depan.

KESIMPULAN

Masih banyak contoh penyebab-penyebab lain yang membuat anak tidak mau sekolah dan tidak mau keluar rumah, beserta penyelesaiannya, yang tidak dapat dituliskan disini, namun kita dapat menarik kesimpulan, bahwa apapun penyebab ketidaknyamanan anak sebaiknya kita cermati dengan kesungguhan untuk kebaikan sang anak, dan menyelesaikannya secara berhati-hati secara objektif dan lapang dada. Tidak ada yang salah dalam memecahkan permasalahan anak, namun perlu bagi kita agar senantiasa mencari penyelesaiannya dengan cara yang jauh lebih baik. Satu hal yang sangat penting ketika berkomunikasi kepada anak disini adalah, siapkan diri anda untuk segala hal yang tidak terduga yang akan anda dapatkan dari cerita anak. Usahakan tetap tenang dalam mendengarkan cerita anak dan hindari untuk menuduh atau melakukan penilaian yang terlalu cepat yang dapat merugikan diri kita sebagai seorang terapis maupun orang tua, yang juga dapat berdampak langsung terhadap kejiwaan sang anak.

MANAJEMEN LINGKUNGAN


MAKALAH
MANAJEMEN LINGKUNGAN

EKOWISATA

Dosen Pembimbing :
Ir. Ismed Suryadi, M.Si

Oleh:
KELOMPOK V

CATUR PARAH GUMANTI PUTRI
HUSNI AFRIDA
MELDAWATI
AFTALISA
MONICA PUTRI
TOTO SETIAWAN





PPGT-SMK KOLABORATIF
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
2012